Laporkan Penyalahgunaan

Tags

Categories

Tags

Recent Posts

3/recent/post-list

Recent in Recipes

3/Food/post-list

Facebook

Teori Akuntansi (Reasoning)

Penalaran (reasoning)
        Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis dengan menghubungkan bukti, fakta dalam rangka membentuk konsep keyakinan dan pengevaluasian terhadap suatu pernyataan guna menghasilkan kesimpulan, yang berupa bentuk keyakinan, entah baru maupun tidak dan didasarkan pula pada kebenaran subjektif. Penalaran merupakan unsur yang penting dalam segala bidang ilmu pengetahuan guna meyakinkan kebenaran suatu asersi, yang mana berujung pada perealisasian asersi tersebut, yakni berupa praktik.

        Penalaran dibangun atas tiga elemen penting yang tidak bisa dipisahkan, yakni asersi sebagai penegasan akan kebenaran atas suatu realitas. Keyakinan sebagai sarana untuk menerima kebenaran suatu pernyataan, yang bersifat subjektif. Dan argumen sebagai bentuk umpan balik (feedback) terhadap proses meyakinkan diri dan pengevaluasian secara logis akan asersi, yang didasarkan dari beberapa asersi berkaitan. Hasil dari proses argumen adalah konklusi.

      Kemudian bila ditinjau dari bagaimana penalaran (reasoning) diterapkan hingga menghasilkan sebuah konklusi (kesimpulan), maka dapat diklasifikasikan menjadi argumen deduktif dan induktif. Penalaran deduktif, yakni proses penyimpulan dalam lingkup penalaran, berawal dari suatu pernyataan umum (premis) menuju ke pernyataan khusus (konklusi), yang pasti benar atau tak benar. Dalam prosesnya, penalaran deduktif dilakukan melalui tiga tahap, yakni: (1) penentuan premis, yang menjadi dasar penalaran, (2) proses deduksi, dan (3) penarikan konlusi yang berlaku untuk situasi khusus tersebut. Dimana kelengkapan, kejelasan, keshahihan, dan keterpercayaan merupakan unsur utama validitas kebenaran dari penalaran deduktif.

        Sedangkan penalaran induktif diartikan sebagai proses penyimpulan yang berawal dari keadaan yang khusus hingga berakhir pada pernyataan (premis) yang bersifat umum berupa konklusi. Penalaran induktif ini menghasilkan konklusi yang boleh jadi benar atau tak benar. Karena konklusi dari penalaran induktif ini didasarkan pada pengamatan dan pengalaman yang nyata terjadi atau pernah dilakukan. Namun konklusi dari penalaran ini tidak selalu menjamin kebenaran sepenuhnya. Jika premis benar, maka konklusinya tidak selalu benar. Artinya kebenaran konklusinya diukur dengan tingkat keyakinan tertentu secara subjektif.

        Kemudian dikenal pula penalaran argumen dengan analogi, dimana konklusi diturunkan atas dasar kemiripan suatu objek yang dikaji dalam suatu asersi, entah itu karakteristik, pola, fungsi, atau hubungan guna menegaskan atau meyakinkan bahwa asersi tersebut boleh jadi benar. Lalu ada juga penalaran argumen sebab-akibat, yang menyatakan bahwa konklusi disebabkan oleh asersi lain, atau variabel tertentu, yang didasarkan atas dasar: adanya kovariasi, adanya urutan kejadian, dan tiadanya faktor lain selain faktor sebab yang diamati.

        Ada kalanya seseorang mencoba meyakinkan orang lain dengan  mempengaruhinya, yakni mengajukan argumen yang valid dan masuk akal. Pendekatan yang dilakukan ini disebut juga dengan Stratagem, yang juga merupakan suatu bentuk argumen guna membuat orang lain bersedia untuk percaya ataupun mengerjakan sesuatu. Banyak kecenderungan kalau pendekatan ini mengandung unsur kebohongan, dan mengutamakan tipu muslihat (trick). Dengan stratagem, sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin, dan sesuatu yang tidak benar pun bisa menjadi benar. Perdebatan adalah arena stratagem bisa bermain dengan leluasa. Stratagem juga memungkinkan melibatkan salah nalar dalam pelaksanaannya.

       Salah nalar sendiri merupakan proses penurunan konklusi yang mungkin didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang tidak valid, dasar yang dirujuknya pun sudah tidak valid, tentu hasilnya pun juga tidak valid. Terlihat sekali terjadi kesalahan akan struktur maupun prosesnya. Berbeda dengan stratagem yang mengutamakan taktik dalam pendekatan yang sengaja digunakan untuk meyakinkan kebenaran suatu asersi.
Lebih baru Terlama

Related Posts

There is no other posts in this category.

Posting Komentar